A.
Pengertian
dasar sensor.
Dalam system
control otomotif “Sensor” memegang peranan yang penting, yang mana tugasnya
memberikan informasi ke Kontrol Unit sebagai masukan yang selanjutnya
diproses menjadi suatu kondisi yang
harus dilakukan oleh Aktor (Aktuator). Apapun yang diinformasikan oleh sensor
sangat menentukan bagi proses control baik secara open loop maupun closed loop.
Sensor
mengkonversikan suatu kwantitas masukan berupa phisik atau bahan kimia (pada
umumnya non-elektrik) ke dalam suatu
kwantitas keluaran elektrik.
B.
Sensor-sensor pada kendaraan (automotive)
1.
Jenis dan Karakteristik Kurva Sensor
Ø
Continuous
linear: Aplikasi control dengan
cakupan yang luas, pengolahan sinyalnya tidak rumit.
Ø Continuous
non-linear : Dalam closed-loop control
untuk variable yang diukur di dalam batas ukur yang sempit.
Ø Discontinuous
multi-stage : monitoring suatu
aplikasi di mana suatu isyarat tepat
pada waktunya diperlukan ketika suatu batas nilai dicapai.
Ø
Discontinuous
Dual-stage : Monitoring koreksi ambang untuk penyesuaian berikutnya atau
sesegera mungkin.
2. Type Output Sinyal
Output
sinyal analog :
Ø Arus/
tegangan, amplitudo
Ø Frekuensi/
periode
Ø Durasi
pulsa/ pulsa duty factor
|
Discrete output signal :
Ø Dual
step (binary coded)
Ø Multi
step (analog kode)
Ø Multi
step (digital kode)
|
Contoh
Keluaran sinyal:
|
Keterangan
:
a.
U = Sinyal output
f = Frekuensi
t = waktu
b.
U = Sinyal output
TP = Pulsa duration
t =
waktu
|
3.
Tingkatan sensor :
Keterangan :
SE
: Sensor
SA
: Sinyal conditioning (analog)
A/D : Analog to Digital
Converter
SG : ECU
MC : Microcomputer
Sensor dari pengolahannya dapat
kita bedakan jadi 4 tingkat :
1.
Conventional :
tingkat paling rendah, dia hanya berupa sensor.
2.
1st Integration level : level pertama sudah
dilengkapi pengolah sinyal (sinyal analog).
3.
2nd Integration level : level kedua
sinyal yang keluar sudah bentuk digital.
4.
3rd Integration level : level paling
tinggi tergolong „ Intelegent Sensor“.
Keuntungan „Intelegent Sensor“ :
1.
Mengurangi beban pada ECU
2.
Flexsibel, memungkinkan komunikasi jaringan BUS
(komunikasi serial).
3.
Dapat digunakan banyak ECU (pengiritan sensor)
4.
Mengurangi eror pengiriman sinyal.
C. Macam-macam sensor.
1.
Sensor Pemasukan
2.
Sensor Putaran
3.
Sensor Pengeluaran
D. Identifikasi
macam-macam sensor.
1.
Sensor Pemasukan
a.
Sensor temperatur
b.
Throttle Position
Sensor (TPS)
c.
Air Flow Sensor (Sensor
Udara Masuk)
2.
Sensor Putaran
a.
Sensor
Induktif pada Distributor
b.
Sensor
Induktif pada Poros Engkol
c.
Sensor
Hall pada Distributor
d.
Sensor Photodioda
3.
Sensor Pengeluaran
a.
Sensor
Knoking
b.
Sensor
Gas Buang
E. Fungsi dan cara kerja macam-macam sensor.
1.
Sensor Temperatur
Sensor
temperature mengunakan bahan Thermistor, merupakan bahan Solid-state variable
resistor terbuat dari semiconductor. NTC (Negative Temperature Coefficient)
adalah Thermistor yang
nilai tahananya berkurang bila temperatur naik (Nilai tahanan berbanding
terbalik terhadap Temperatur).
Gambar
NTC Resistor (Thermistor)
Pada 0ºC mempunyai tahanan ±
5 KΩ, dan pada temperatur 80ºC tahanan ±
250 Ω. Bila kita grafikkan akan terlihat seperti grafik dibawah.
Gambar Grafik hubungan temperatur dengan tahanan
a. Engine Coolant Temperature (ECT)
- Bahan
:
Thermistor NTC.
- Fungsi : Mendeteksi
suhu air pendingin (engine) untuk :
1.
Mengatur campuran bahan bakar
2.
System start dingin
3.
Mengatur saat (derajat) pengapian
4. Mengatur putaran
idel dingin
-
Posisi
pada kendaraan : Pada mesin (air
pendingin), setiap kendaraan beda.
-
Temperatur
kerja : – 40°C s/d +130°C
Circuit ECT
|
Cara kerja :
ECT dihubungkan
seri dengan tahanan dan diberi tegangan 5 V. Bila tahanan pada ECT berubah
(karena temperatur) maka tegangan yang ke ECU juga berubah.
Tegangan kerja
4,5 s/d 0,2 Volt. Dari dingin ke panas.
|
- Temperatur dingin = tahanan besar = tegangan besar
- Klasifikasi sensor = Sensor Conventional
b. Intake Air Temperature (IAT) Sensor
-
Bahan
:
Thermistor NTC.
-
Fungsi : Mendeteksi
suhu udara masuk (intake).
-
Posisi
pada kendaraan : - Pada saluran udara masuk (intake manifolt).
- Pada Sensor Udara Masuk (Air Flow Sensor)
-
Temperatur
kerja : – 40°C s/d +120°C
IAT Sensor |
Circuit IAT
|
Cara kerja :
IAT dihubungkan seri dengan tahanan dan
diberi tegangan 5 V. Bila tahanan pada IAT berubah (karena temperatur),
tegangan sinyal akan mengalami perubahan. Perubahan tegangan identik dengan perubahan temperatur.
|
2. Throttle Position Sensor (TPS)
-
Bahan
:
Tahanan Geser (Karbon Arang).
-
Fungsi : Mengetahui
posisi (derajat) pembukaan katup gas guna:
1.
Air Fuel Ratio Corection
2.
Decelerasi (Fuel cut off)
3.
Beban maksimum (Full load)
-
Posisi
pada kendaraan : Pada ujung lain dari Katup Gas.
-
Range
kerja : Dalam %
pembukaan katup gas.
(0 % = 0,5
Volt ______ 100 % 4,7 Volt)
|
|
||
Gambar Lokasi sensor TPS
|
|||
Type 4 pin potensio
|
|||
|
|
||
Keterangan :
1.
Throttle valve shaft
2.
Karbon tahanan geser 1
3.
Karbon tahanan geser 2
4.
Plat geser
5.
Konektor
|
Keterangan :
1.
Katup gas
2.
Katup gas sensor
UA : Tegangan ukur
UV : Tegangan Sumber
R1,R2 :
Resistor track 1 dan 2
R3,R4 :
Resistor kalibrasi
R5,R6 :
Resistor proteksi
|
||
Type Mono Jetroni
Circuit TPS
Cara Kerja :
Tegangan 5 volt dari ECU sebagai sumber, bila katup gas
dibuka akan membuat perbandingan tegangan yang berasal dari perbandingan
tahanan, sehingga mengeluarkan sinyal tegangan 0,5 s/d 4,7 Volt.
Kesimpulan :
-
Sinyal
berupa tegangan.
-
Tegangan
sinyal berbanding lurus dengan bukaan katup gas
-
Klasifikasi
sensor = conventional
3. Air Flow Sensor (Sensor Udara Masuk)
a.
Sensor
Flap (impact pressure) Air Flow Sensor LMM.
-
Bahan
: Tahanan Geser (Karbon Arang).
-
Fungsi : Mengetahui Banyaknya (flow) udara masuk.
-
Posisi
pada kendaraan : Pada saluran udara masuk (setelah filter
udara).
Cara Kerja :
|
Pedal ditekan untuk membuka
katup gas. Udara diisap oleh motor jumlah udara yang mengalir diukur oleh
pengukur jumlah udara
|
|
Pengukur aliran udara
memberikan informasi utama secara elektris ke unit pengontrol elektronika.
Volume bensin yang
diinjeksikan diatur oleh unit pengontrol elektronika.
|
||
Sirkuit Air Flow Meter
|
||
|
||
Grafik hubungan tegangan dengan bukaan plat sensor
|
||
Model Lama tegangan naik bila plat sensor terangkat (Udara masuk)
Model Baru dimana tegangan menurun bila plat sensor terangkat (Udara
masuk)
|
||
b.
Sensor
Massa Udara (Kawat dan Film Panas).
- Bahan
: Kawat Panas (Platinum), Thermister, Metallic
Film.
-
Fungsi : Mengetahui Massa Udara yang masuk Untuk :
1. Campuran bahan bakar
2. Saat pengapian
- Lokasi pada kendaraan :
Pada saluran udara masuk (antara katup gas dan filter udara).
Sensor Massa Udara (Kawat Panas) Tipe A
|
|
Rangkaian Pengolah Sinyal
| |
Sensor Massa Udara (Kawat Panas) Tipe B
|
||
Keterangan :
1.
Bypass Udara masuk
2.
IAT Sensor (Thermister)
3.
Massa Udara
4.
Kawat panas (Platinum)
5.
Pengolah sinyal
|
||
Rangkaian Pengolah Sinyal
|
||
Prinsip Kerja :
Kawat panas dijaga pada
temperatur tetap dirangkai dengan termistor seperti gambar. Suatu aliran
udara akan menyebabkan kawat panas menjadi dingin, rangakian elektronik akan
mempertahankan temperatur pada kawat panas tetap. Pada waktu yang bersaan
rangkaian elektronik mengukur arus yang mengalir ke kawat panas dan
mengeluarkan sinyal tegangan sebanding dengan aliran arus. Grafik tegangan
dapat dilihat pada gambar diatas.
Untuk menjaga performa dan
kesetabilan sensor, maka sensor akan melakukan pembersihan diri dari deposit
akibat pembakaran dengan cara memanaskan sensor (temperatur ± 1000 °C) beberapa saat setiap posisi ”OFF”.
|
||
Sensor Massa Udara (Film Panas)
|
||
Keterangan :
| ||
Rangkaian Sensor Film Panas
|
|
|
|
|
c.
Karman
Vortex.
- Bahan
: Photo Coupler (LED dan Photo Transistor).
-
Fungsi : Mengetahui Volume Udara masuk:
1. Campuran bahan bakar
2. Saat pengapian
- Lokasi pada kendaraan :
Pada saluran udara masuk (antara katup gas dan filter udara).
Konstruksi
dan nama bagian
1. Pembentuk
pusaran udara 4.
Penerima gelombang
2.
Plat penstabil pusaran udara 5.
Pengolah Sinyal
3. Bagian
pemancar gelombang 6.
Saluran By Pass
Bagian
1 & 2 berfungsi untuk membuat pusaran udara yang akan diukur melalui
pemancar & penerima gelombang frekuensi tinggi. Dengan sebuah pengolah
sinyal , gelombang frekuensi tinggi pada bagian penerima diubah bentuknya
menjadi impul tegangan yang diterima oleh komputer.
Rangkaian
Karman Vortex
|
|
Gambar
Sinyal Karman Vortex
|
d.
Manifold
Absolute Pressure (MAP)
-
Bahan
: Piezo Resistive.
-
Fungsi : Mengetahui Tekanan Udara masuk Untuk :
1. Campuran bahan bakar
2. Saat pengapian
- Lokasi pada kendaraan :
Pada saluran udara
masuk (setelah katup gas).
Nama Bagian Sensor
|
||
Keterangan :
|
||
1,3 = Konektor
2 = Vacum referensi
4 = Silicon Chip Ukur
5 = Gelas Isolator
|
6 = Rumah Vacum
7 = Input Vacum (Intake Manifold)
8 = Silicon Chip
9 = Sirkuit rangkaian
|
|
Rangkaian Pengolah
Sinyal
|
|
Keterangan
:
A
= Unit MAP Sensor
B
= Op-Amp
C = Rangkaian Kompensasi
Temperatur
|
Uo =
Tegangan sumber
UM =
Tegangan sensor
UA = Tegangan sinyal
|
Cara Kerja MAP
|
|
Piezo Resistive adalah bahan yang
nilai tahanannya tergantung dari perubahan bentuk. Piezo resistive dibuat
diafragma (Silicon chip) berfungsi sebagai membran antara ruangan vacuum (0,2
bar) sebagai referensi dan ruangan yang berhubung dengan intake manifold.
Perbedaan
tekanan antara ruang vacum dengan intake manifold berakibat perubahan
lengkungan pada membran silicon chip. Pengolah sinyal merubah menjadi
tegangan sinyal. MAP sensor mengeluarkan tegangan paling tinggi ketika
tekanan intake manipold adalah paling tinggi (kunci kontak ”ON” mesin ”MATI”,
atau katup gas diinjak tiba-tiba/Accelerasi). Begitu pula sebaliknya
mengeluarkan tegangan paling rendah jika terjadi decelerasi (perlambatan).
|
4. Sensor Putaran.
a. Sensor Induktif pada Distributor
-
Bahan
:
Kumparan dan Magnet.
-
Fungsi : 1. Sensor Putaran mesin
2. Sebagai tanda
silinder 1 Posisi TOP.
3. Sebagai tanda saat pengapian
4. Sebagai tanda
saat injeksi
-
Posisi
pada kendaraan : Pada Distributor pengapian.
|
Keterangan
:
1
= Rotor
2
= Stator
3
=
Kumparan Induktif
4
= Plat
Dudukan
5
= Busing
Rotor
6
= Badan
Stator
7
= Celah
Udara
8
= Magnet
Permanan
9
= Celah
Dalam
10
= Plat
Dudukan Tetap
|
||||||||||||||||
Induksi
terjadi karena :
Perubahan medan magnet yang terjadi pada inti
Perubahan
medan karena berputarnya rotor
Bentuk
osilogram sinyal induktif dari sensor
Sensor
CKP dan CMP pada distributor
Untuk system yang pengajuan pengapiannya dengan
mikrokontrol maka sinyal putaran (CKP) harus dilengkapi dengan sensor posisi
silinder (CMP). Sinyal ada yang di distributor dan di poros engkol.
|
|||||||||||||||||
b. Sensor Induktif pada Poros Engkol
Satu Sensor Induktif
|
||
Gambar : Bentuk
Sinyal Sensor Induktif
|
||
Keuntungan
:
o Cukup satu sensor induktif
o Satu sensor keluar 2 sinyal (Data RPM dan Posisi TOP)
Kerugian :
o Pengolahan Sinyal lebih rumit
Dua
Sensor Induktif (CKP dan CMP).
|
||
|
||
Gambar : Bentuk Sinyal CKP dan CMP
|
||
c. Sensor Hall pada distributor
|
||||
Gambar : Effek Hall
|
Effek Hall :
Bila lempeng hall (5) dialiri elektron (terminal 1,2), dan dijatuhkan
medan magnet (tanda panah), maka pada sisi (3) dan (4) akan ada beda
potensial disebut dengan effek Hall (Sinyal hall).
|
|||
Sensor Hall pada
distributor
|
Prinsip Kerja
Sensor IC-Hall
|
|||
Grafik tegangan sinyal
|
Keterangan :
1.
= Sudu logam
2.
= Soft magnetik konduktor
3.
= IC-hall
4 =
Celah sensor
b =
lebar sudu
US =
Tegangan sumber
UO = Tagangan Sinyal
|
|||
d. Sensor Photodioda
- Bahan
: Photo Coupler (LED dan Photodiode)
-
Fungsi :
1. Sensor Putaran mesin
2. Sebagai tanda
silinder 1 Posisi TOP.
3. Sebagai tanda
saat pengapian
4. Sebagai tanda saat injeksi
- Posisi pada kendaraan : Pada Distributor, pada poros cam.
|
||||
Prinsip Kerja :
Terdapat LED sebagai pemancar dan Photodiode sebagi
penerima, diantara sensor tersebut terdapat disc yang didesain sedemikian
rupa. 4 celah sebagai sensor CKP, dan 1 celah sebagai sensor CMP.
Tegangan Sinyal Photodiode
|
||||
Jenis ini mempunyai 360 lubang sebagai sensor CKP dan 4
lubang untuk CMP, ada satu lubang khusus tanda silinder 1.
Dalam 1 putaran sensor :
-
CKP mengirimkan = 360 X sinyal 1 dan 0
-
CMP mengirim = 4 X sinyal 1 dan 0
Dalam 1 Putaran poros engkol :
-
CKP mengirim = 180 X sinyal
- CMP mengirim = 2 X sinyal
|
||||
5. Sensor Knoking.
-
Bahan
:
Piezoceramic.
-
Fungsi : 1.
Mengetahui terjadi knoking.
2. Sistem
closed-loop pengapian.
3. Mendetaksi Octane bahan-bakar.
-
Posisi
pada kendaraan : Pada Blok silinder.
|
|
Prinsip Kerja :
Bila terjadi knoking
(pinking), akan terjadi getaran pada sensor knoking berupa nois seperti
terlihat pada gambar. ECU akan memundur-kan saat pengapian 2 kali sampai
tidak terjadi detonasi lagi.
Untuk 4 silinder perlu 1
sensor, 5 atau 6 perlu 2 sensor, 8 lebih bisa 2 atau lebih sensor.
|
6. Sensor Gas Buang.
-
Bahan
:
Zirconium Dioxide (ZrO2), Platina (elektroda)
- Fungsi :
1. Sistem Closed-loop A/F Rasio.
2. Mengetahui
kerusakan Katalitik konverter.
-
Posisi
pada kendaraan : Pada Saluran Gas buang.
|
Keterangan :
1.
Lambda Sensor
2.
Ceramic monolic
3.
Wire screen
4.
Heat resistant double shell
|
|
Keterangan
:
1.
Lapisan proteksi keramic
2.
ZrO2 (Zirconium Dioxide)
3.
Electroda
4.
Saluran Buang
Prinsip kerja :
Bila ada perbedaan jumlah O2 gas buang
dengan O2 udara luar, akan terjadi beda potensial antara kedua
elektroda. Tegangan max 1 volt. Temperatur kerja min 400 °C.
|
||
Karakteristik Sensor l
|
Keterangan :
a.
Campuran kaya
b.
Campuran kurus
l = 1
Berbandingan 14,7 : 1
( Tegangang sinyal = 0,45 V)
l < 1
Campuran kaya
( Tegangang sinyal = 0,6 – 1,0 V)
l > 1
Campuran miskin
( Tegangang sinyal = 0,4 – 0,1 V)
|
|
Salah satu
rangkaian pengolah sinyal
|
||
|
||
Terima kasih atas kunjungannya.
3 komentar
kak, materi ini diambil dibuku mana?
jazakallahu khoir..
terima kasih. sangat bermanfaat. semoga menjadi amal jariyah anda
EmoticonEmoticon